Untukmu yang hanya ada dalam kalimat doa, kuharap kamu baik disana,
semoga kamu tidak pernah menemukan luka di dada. Aku disini berusaha agar jika
suatu hari Tuhan menakdirkan kita untuk bersama kamu tidak perlu merasakan derita.
Aku menikmatimu
hanya dalam hayalku, sementara jauh disana sudah ada yang memelukmu dan
mendekapmu, dalam hal ini mungkin aku sedikit tidak menerima kenyataan, bahwa
kita hanya sebatas berteman, aku hanya bisa menyediakanmu tisu saat kamu
menangis sendu, bukan sebagai penawar ketika kamu rindu.
Ketika kamu
menceritakan kebahagiaan kamu bersama orang yang kamu sebut sebagai kekasih,
jujur saja aku pura-pura bahagia, pura-pura ikut tertawa. Namun, dalam hati aku
tidak pernah merasa rela, dan aku tidak mau merusak kebahagiaan kamu dan dia,
aku hanya bisa berdoa, jika dia yang menjadi jodohmu kelak, semoga dia bisa
menjagamu dengan baik dan jika Tuhan menakdirkan kamu dan dia bukan sebagai
orang yang bersatu di hari bahagia, aku harap kamu dan dia tidak membekaskan
luka di dada.
Aku akan bahagia
jika kamu bahagia dan aku orang yang pertama sakit ketika aku mendengar kamu
disakiti. Aku sadar, cinta tidak akan pernah menyatukan kita. Sebab, banyak hal
yang harus dipikirkan matang-matang, pertemanan kita yang sudah terjalin
setahun kebelakang tidak mungkin aku pertaruhkan.
Mungkin aku hanya
ditakdirkan untuk menikmati kedekatan sebagai pertemanan bukan sebagai pelipur
lara ketika duka. Jika Tuhan menakdirkan kamu hanya sebagai teman biasa, aku
tidak mengapa, karena mencintaimu saja sudah bahagia.
- Aris Nurdian
- 9 Des 2018
Baca Juga
Bagus
BalasHapusSemangat terus untuk karya nya gan...
BalasHapusNarasinya galau semua, wkwk
BalasHapusBagus rulidannya gan,
BalasHapusmakasih semuanya,
BalasHapus