Setelah Semuanya Berakhir



Setelah pergimu, aku menempa diriku lebih keras lagi agar bisa mencapai apa saja yang dulu kita rencanakan. Tanpa kamu, semuanya akan tetap berjalan. Kutanamkan hal itu dalam-dalam, bukan sebab ingin terlihat hebat di matamu, atau agar membuatmu menyesal, tetapi kamu harus sadari bahwa setelah pergimu, hidupku tidak berlarut dalam kesedihan, meski aku harus jujur, bulan-bulan pertama setelah kamu pergi, aku sulit menerima orang baru, menjadi asing dengan hal yang aku ingin. Tapi, aku masih punya keluarga, aku masih punya sahabat dan aku masih punya cita-cita yang harus aku perjuangkan dengan sepenuh hati.
Dulu namamu yang kulantunnkan dalam kalimat-kalimat doa untuk dihadapkan pada Tuhan . Setelah pergimu hanya menjadi memori ingatan. Tidak ada lagi kata kita dihidup kamu dan aku, kamu berhasil melupakan aku dalam sekejap mata, sementara aku harus bersusah payah mengubur ingatan-ingatan yang mungkin meresahkan.
Kamu pergi bersama janji-janjimu dan membiarkan aku terombang ambing jauh sampai pada saat ini aku terlalu jauh melupakanmu, mungkin suatu hari aku akan rindu bola matamu yang ayu, dan saat itulah aku baru sadar tatap matamu kosong, pipimu sebam, saat itulah mungkin aku harus melupakan. 
Berbulan-bulan berusaha mengubur ingatan bersamamu tidaklah mudah, banyak fase-fase yang harus aku hadapi, bertemu dengan orang,tempat, dan suasana yang kadang mengingatkanku padamu. Yah aku sadar, aku berlebihan mencintaimu, berlebihan mengagumimu, hingga aku lupa bagaimana caranya bisa hidup sendiri, karena hidupku kamu. 
Tidaklah mudah memang melupakanmu yang selama dua tahun menjadi senja diwaktu sore, bulan diwaktu malam, dan mentari di waktu siang. Namun setelah pergimu kamu menjadi badai yang memporak-porandakan hidup aku.
Aku tidak berhak membencimu, sebab bagiku kamu hanya ingatan yang akan aku kenang dengan biasa saja, tidak ada lagi rasa yang terisa untukm. Sebab, kamu telah memeras semua ingatan dengan luka-luka yang tidak terlihat. 
Aku akan tetep mendoakanmu semoga menemukan orang yang lebih paham akan kamu, lebih tabah menghadapi egomu, lebih sabar menghadapi kekanak-kanakan kamu. Maaf mungkin aku tidak lagi mendoakan semoga kamu yang mendampingiku.








-Aris Nurdiansyah
-30 Nov 2018

Komentar

Posting Komentar