Senja diperbatasan Kota



Lampu kekuningan menghiasi sepanjang jalan. Aku sengaja pulang dari tempat kerja agak sore menjelang malam dengan dalih supaya bisa pulang bareng dengan Widi. Yah dia Widi orang yang sangat kukenal dua tahun lalu ketika aku masih memakai seragam putih abu. Aku dan dia memang sempat menjalin hubungan hingga dua setengah tahun, namun setalah aku dan dia kuliah di Almamater yang berbeda, seperti ada jarak yang menghalangi kita, hingga pada akhirnya aku dan dia memilih pokus pada jalan masing-masing.
Memang sore itu itu yang aku tunggu, bisa semotor bareng dengan Widi dan bisa menikmati indahnya jalanan kota. Aku mengajak dia untuk mampir ke sebuah kedai kopi, kebetualan kedai kopi itu lokasinya searah dengan jalan pulang dan Widi hanya meng Iya kan saja.
Sambil memilih menu yang akan di beli, sesekali aku menatap wajahnya, menatap mata nya yang masih sangat kukenal, dulu ketika aku marah dia yang bisa menenangkanku hanya dengan tatapannya. Penampilannya sekarang mungkin agak sedikit berbeda dengan dulu, dia sekarang sudah bermertamorfosis lebih menarik di mata lelaki terlebih diposisi aku yang dulu pernah terikat perasaan dengannya.
Matanya yang ayu kini dihiasi kacamata, baju kotak-kotak dengan celana Jeans lebih memanjakan mata yang melihatnya. Sesekali aku tenggelam dalam ingatan dua tahun lalu, ketika kenangan tak mampu aku lupakan.
Menu yang kupesan telah datang, Widi hanya memesan kopi dan aku memesan makanan. Sambil memakan yang ku pesan, sesekali tertawa sambil menceritakan apa saja yang mungkin telah dilakukan setelah dua tahun tidak bersama. Begitu juga dengan Widi, sambil menyeruput kopi yang dipesannya, dia menceritakan  kegiatan kuliahnya, dan teman seangkatannya.
Senja tenggalam dalam malam, begitu juga dengan aku, tenggelam dalam gemerlap kenangan, dua setengah tahun memang bukan waktu yang singkat, banyak momen dan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Rasa rindu yang sudah tercurah menyisakan tanda tanya. Apakah Widi akan kembali pada seorang lelaki yang pernah mengisi hatinya di masa lalu, dan menjadikan pembatas sebagai koma dalam kalimat kehidupannya.? Atau pertemuan di kedai kopi perbatasan kota itu hanya menjadi titik akhir dari kisah aku dengannya.? Hanya waktu yang akan menjawab. Tunggu saja..!


Memori 3 April 2019

Komentar